TEMPUR 86, Minggu 31 Agustus 2019. JAKARTA – Pengusaha Indonesia sedang menjajaki peluang untuk melebarkan sayap bisnis ke negara-negara di Benua Afrika bagian tengah. Pertemuan penjajakan bisnis tersebut dilakukan antara Delegasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) untuk Negara-Negara Afrika Bagian Barat yang berkedudukan di Dakkar dengan Koperasi Megah Nusantara (KMN) di East Building, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat 2019.
Dalam Press Release yang diterima media ini pagi tadi, dijelaskan, pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya di Denpasar, Bali. Dalam pertemuan penjajakan dan pengembangan bisnis di Jakarta tersebut,
Delegasi Kedubes RI untuk Negara-Negara Afrika Bagian Barat diwakili oleh Didik Trimardjono dan Budi Utama dari KMN.
Pertemuan tersebut untuk menjajaki peluang bisnis negara-negara Afrija bagian tengah yang meliputi Senegal, Bissau, Cabo Verde, Cote Ivoire, Gambie, Malli, Pantai Gading dan Sierre Leone yang merupakan negara-negara di Benua Afrika bagian tengah.
Didik Trimarjono
Delegasi Kedubes RI, Didik Trimardjono mengajak pengusaha pengusaha di Indonesia untuk bisa mengambil peluang usaha lainnya seperti komoditi pertanian dan pariwisata. Menurutnya, Benua Afrika Bagian Barat dan Tengah kaya akan sumber daya alam (emas, berlian, minyak fosil) dan Pariwisata.
"Letak geografis yang dekat dengan benua Eropa mempengaruhi GDP sehingga lumayan baik, karena itu pengusaha Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini untuk melebarkan usahanya,” ujarnya.
Pertemuan bisnis itu disambut antusias oleh Budi Utama (KMN) yang juga tergabung dalam East Group Indonesia. Menurut Budi, perkembangan IT yang cepat memudahkan pelayanan berinvestasi yang baik dalam berusaha. “Ini memudahkan pengusaha Indonesia untuk melakukan pengembangan bisnis ke negara-negara Afrika,” katanya.
Josep Johan
Sementara itu, Josep Johan yang membawa SIMPSON MARINE INDONESIA dan TOTALINDO PERSADA berminat untuk melebarkan sayap di Afrika di bidang infrastruktur dan social housing. Menurut Josep, saat ini kekuatan mata uang Euro, kekuatan Dollar Amerika dan kekuatan Renminbi China mempengaruhi secara global ekonomi dunia. Karena itu negara-negara di Afrika menjadi alternatif perluasan bisnis para pengusaha Indonesia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indinesua Afruca Infrastruktur DIialog (IAID) yang berlangsung di Denpasar, Bali 21-22 Agustus 2019, menghasilkan kerjasama antar Indonesia dan negara-negara Afrika senilai 822 juta US Dollar melalui pelaksanaan berbagai proyek.
Kegiatan ini dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI, Ibu Retno P. Marsudi dan disambut dengan rasa gembira oleh seluruh peserta. Acara yang selengarakan di Denpasar, Bali pada Rabu s/d Kamis (21-22/8/19) tersebut dihadiri oleh delegasi dari 53 negara di Afrika, termasuk dari 8 negara wilayah akreditasi KBRI Dakar.
IAID yang merupakan kelanjutan dari Indonesia-Africa Forum (IAF) pada April 2018, telah menghasilkan puluhan business deals (kesepakatan bisnis) di bidang kerjasama Insfrastruktur antara Indonesia yang diwakili PT. Wika dan stake holders lainnya dengan segenap negara Afrika.
Kalau pada IAF 2018 mendapatkan angka business deals sebesar 500-an juta US$, tapi di IAID kali ini capaian business deals-nya mencapai angka 822 juta US$.
Yang membanggakan, KBRI Dakar memberikan kontribusi sebesar 50% lebih yakni sebesar 459 juta US$ dari total nilai kerjasama tersebut. Kerjasama tersebut terdiri atas Proyek Pembangunan Multy purpose Building “Tour De Gorrre” di Senegal senilai 250 juta US$ dan 200 Juta US$ untuk pembangunan ”Social Housing” di Abidjan, Pantai Gading.
Delegasi dari wilayah akreditasi KBRI Dakar, berjumlah 31 orang termasuk Menteri Bapenas Senegal Mr. Cheikh Kante. Delegasi ini dipimpin Mansyur Pangeran. Menurutnya, ada 11 kesepakatan Bisnis senilai 822 juta Dollar AS yang telah ditandatangani pada Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue di Bali 21-22 Agustus 2019.
Ada 2 kesepakatan kerjasama infrastruktur antara RI dengan Senegal yaitu pembangunan Goree Tower di Dakar senilai 250 juta US$ dan pembangunan 5 ribu perumahan rakyat di Abidjan Cote Ivoire senilai 200 juta US$. Kedua proyek ini dilaksanakan oleh PT. WIKA.
Dalam pertemuan khusus Menteri PSE/ Bappenasnya Senegal, DR. Cheikh Kante dengan Menlu RI, Retno LP Marsudi, pihak Senegal mengharapkan Presiden RI Joko Widodo berkenan meletakkan batu pertama pembangunan Goree Tower tersebut.(*)